Rabu, 12 Desember 2012

Shrimp Pond Effluent Quality during Harvesting and Pollutant Loading Estimation using Simpson’s Rule




Shrimp Pond Effluent Quality during Harvesting and Pollutant Loading Estimation using Simpson’s Rule
Akuakultur adalah industri yang menguntungkan di seluruh dunia terlebih di daerah tropis. Malaysia memiliki wilayah pesisir yang luas untuk budidaya udang. Namun, sedikit yang diketahui tentang sejauh mana dampak dari industri ini dari segi kualitas dan kuantitas polutan yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas udang kolam limbah dan kemudian memperkirakan beban polutan.
Pendahuluan
Ekosistem pesisir sangat berharga karena banyak kegunaan seperti perikanan, budidaya, pertanian dan pemukiman manusia (Costanza et al 1987;. Primavera 2006). Tambak udang adalah industri yang menguntungkan di seluruh dunia, terlebih di daerah tropis. Budidaya udang membutuhkan air payau, tambak biasanya dibangun di kawasan mangrove. Namun, berbagai dampak negatif telah dilaporkan di negara-negara yang memproduksi udang seperti Taiwan dan Meksiko (Lin 1989;. Paez-Osuna et al 1999). Untuk industri tambak udang berkelanjutan, upaya harus dilakukan untuk mengukur polusi dan mengelola limbah. Limbah tambak udang selama panen menunjukkan bahwa limbah tinggi dalam nitrogen anorganik terlarut, fosfor larut reaktif, padat dan klorofil (Ling et al 2010a.).
Bahan dan Metode
Ø  Pengambilan sampel limbah (10 cm dari permukaan) di outlet tambak udang.
Ø  Udang diberi makan tujuh kali setiap hari dan hari ketujuh setelah itu mereka diberi makan empat kali sehari dan periode kultur selama 116 hari.
Ø  Pengambilan sampel air dilakukan dalam dua bagian yang berbeda, babak pertama pukul 18.00 sampai pukul 23.00 dan babak kedua keesokan harinya pukul 06.00 sampai pukul 11.00.
Ø  Pengambilan sampel dilakukan pada kedalaman 10 cm dari permukaan di daerah outlet tambak.
Ø  Sampel air ditempatkan di 2-L botol polietilen dan disimpan dalam lemari es untuk transportasi ke laboratorium untuk analisis.
Ø  Dalam parameter in situ seperti suhu dan oksigen terlarut (DO) diukur dengan menggunakan data hidro 4a Sonde Surveyor dengan Multiprobe Kualitas Air (SN39301). pH dan salinitas diukur dengan menggunakan pH meter (CyberScan 20) dan refraktometer (Atago S-10) masing-masing.
Ø  Sampel air dianalisis untuk total padatan tersuspensi (TSS), 5-hari kebutuhan oksigen biokimia (BOD5), kebutuhan oksigen kimia (COD), total nitrogen (TN) dan fosfor total (TP). TSS dan BOD5 analisis diikuti bahwa metode standar (APHA 1998).
Ø  Untuk parameter lainnya, sampel air yang disaring melalui filter 0,45 pM ukuran pori membran sebelum analisis menggunakan prosedur Hach dimana konsentrasi ditentukan colorimetrically menggunakan spektrofotometer Hach DR2010 (Hach 2000). COD ditentukan dengan menggunakan metode pencernaan reaktor.
Ø  Konsentrasi TN dianalisis menggunakan metode pencernaan persulfat (Hach 2000). TP analisis mengikuti metode asam persulfat pencernaan dan konsentrasi ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer (DR 2010).
Hasil dan Pembahasan
Pembuangan air outlet masuk kembali ke tambak sekiranya bisa mengakibatkan ikan lemas bahkan mati karena padatan tersuspensi yang tinggi, kekurangan oksigen bias terjadi bila pengadukan “turbulensi” baik buatan atau alami tiba-tiba menurun maka  air tambak beroksigen rendah  karena nutrisi yang terlalu tinggi  seperti nitrogen dan fosfor. Salah satu perawatan yang bisa menjadi retensi di tambak yaitu sedimentasi (Nyanti et al 2010;. 2011).
Kesimpulan
Kebutuhan pengolahan limbah dilakukan untuk melindungi air permukaan dari eutrofikasi dan kematian ikan dan untuk menjamin keberlanjutan industri tambak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar