MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
SUNGAI
PELUS,Banyumas,Jawa
Tengah
Disusun
Oleh:
Permana Galuh
Utami H1G010040
Noviana Wulan
Sari H1G010041
Dwi Cahyo Wibowo
H1G010042
Cyrum
Barnike H1G010043
Guruh Tri Arifin
H1G010044
Mirna
Lestari H1G010045
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JURUSAN
PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKETO
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata
Kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan
dengan baik dan lancar. Laporan ini merupakan syarat untuk mengikuti
ujian responsi Praktikum Mata Kuliah Menejemen
Sumberdaya Perairan.
Dengan
tersusunnya laporan ini tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih atas
bantuan dan dukungannya, kepada :
- Bapak Ir. Arif Mahdiana, Ibu Dra.Nuraina Andriyani., M.Si., Ibu Nuning Vita Hidayati, S.Pi., M.Si, dan Bapak Drs. Mahendro, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan.
- Asisten Mata Kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini.
- Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan praktikum mata kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan.
Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, segala saran
dan kritik yang membangun dalam kesempurnaan laporan ini sangat
diharapkan penyusun. Semoga laporan ini dapat berguna bagi peyusun
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Purwokerto,
November 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Hilir Sungai Pelus………………………………………………………………4
Gambar
2.
Hulu Sungai Pelus………………………………………………………………4
Gambar
3.
Kegiatan warga desa yang mencuci batik di Sungai Pelus…………………….6
Gambar
4.
Kegiatan ibu-ibu rumah tangga yang mencuci pakaian Sungai
Pelus……….....7
Air merupakan salah
satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan manusia dan organisme lainnya, serta untuk memajukkan
kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama
pembangunan. Secara biologis air adalah salah satu faktor penting
yang sangat diperlukan oleh organisme hidup sebagai penyusun utama
tubuh dan berperan dalam semua reaksi kimia dalam tubuh (Alaerts dan
Santikan, 1987). Air
hujan yang jatuh ke bumi, sebagian menguap kembali menjadi air
di udara,
sebagian masuk ke dalam
tanah, sebagian
lagi mengalir
di permukaan.
Aliran air di permukaan ini kemudian akan berkumpul mengalir ke
tempat yang lebih rendah dan membentuk sungai yang kemudian mengalir
ke laut, danau atau sungai yang lain.
Ekosistem
perairan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu perairan menggenang
(lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan menggenang merupakan
perairan terbuka yang di dalamnya terkandung banyak komponen-komponen
biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi, dalam hal ini sungai
maupun kolam dapat berperan sebagai sumber daya hayati yang
bermanfaat. Perairan mengalir adalah suatu bentuk perairan tawar yang
di dalamnya ada arus yang secara terus menerus mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah, diantaranya adalah sungai, saluran
irigasi dan got.
Sungai
merupakan suatu bentuk perairan tawar yang di dalamnya ada arus
secara terus-menerus yang mengalir ke suatu tempat tertentu yang
tempatnya lebih rendah (Djakaru, 1974
dalam
Zoelkifli, 2011). Sumber
air dari sungai adalah dari air tanah dan air
permukaan. Sungai lebih berinteraksi dengan daratan jika dibandingkan
dengan perairan lentik. Dalam sungai terjadi pencampuran air secara
menyeluruh hingga tidak terbentuk stratifikasi dan dalam suatu sungai
pasti terjadi erosi dan sedimentasi
(Siregar, 2008).
Sungai mendapat
semua masukan dari semua buangan yang berasal dari daerah yang ada
disekitarnya. Adanya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik
dalam bidang pertanian, perikanan, pertambangan dan perindustrian
maka akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada parameter kualitas
air baik faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan.
Perubahan-perubahan ini dapat menghabiskan bahan-bahan yang esensial
dalam perairan, sehingga dapat mengganggu ekosistem yang terdapat di
dalamnya.
Keberadaan lahan
permukiman di Daerah Aliran Sungai mengakibatkan berbagai macam
masalah, mulai dari terjadinya banjir, berkurangnya ketersediaan air
yang diakibatkan semakin sempitnya lebar sungai hingga terjadinya
pencemaran air yang mengakibatkan penurunan kualitas air sungai,
dimana sebagian besar air sungai digunakan untuk menopang kehidupan
masyarakat sekitar Daerah Aliran Sungai.
Limbah yang
terus-menerus meningkat, akan mengakibatkan air semakin tercemar dan
akan sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan air bersih karena air
yang tercemar akan meresap ke dalam tanah. Air tanah tersebut
merupakan sumber dari air sumur di rumah masyarakat, dan apabila
masyarakat mengkonsumsi air tersebut akan mengakibatkan penyakit.
Tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui kondisi lingkungan sungai pelus
- Untuk mengetahui upaya pengelolaan sungai pelus sebagai upaya pelestarian
- Untuk mengetahui dampak dari limbah-limbah yang masuk ke dalam badan perairan sungai pelus
Manfaat dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Mengetahui permasalahan dan solusi yang dapat dilakukan di Sungai Pelus.
- Menambah informasi dan pengetahuan tentang pencemaran yang biasa terjadi di sungai.
- Mengetahui dampak dari pencemaran yang terjadi.
Sungai Pelus
merupakan salah satu sungai yang terdapat di Purwokerto, Kabupaten
Banyumas. Mata air Sungai Pelus berada di lereng selatan Gunung
Slamet. Sungai Pelus juga memperoleh pasokan air dari beberapa anak
sungai diantaranya dari Sungai Belot, Sungai Lirip, Sungai Pangkon,
dan Sungai Bener. Selanjutnya air sungai mengalir melintasi beberapa
beberapa desa di kecamatan Baturaden, Sumbang, Kembaran, Purwokerto
melalui daerah yang memiliki karakteristik yang beragam. Sungai Pelus
mengalir ke Sungai Klawing dan selanjutnya bermuara di Sungai Serayu
(Sugeng, 2006).
Sungai
Pelus mengalir dari lereng Gunung Slamet sampai hulunya di Kabupaten
Banyumas, dan bersatu dengan Sungai Serayu yang membawanya sampai ke
pantai Cilacap atau ke laut selatan, Sungai Pelus sangat vital bagi
penduduk pedesaan yang ada di laluinya, antara lain Desa Pandak,
Kedung Malang, Grendeng, Karang Wangkal, Arcawinangun, Dukuh Waluh,
Mersi, Sokaraja dan masih banyak yang lainnya.
Gambar 1.
Hilir Sungai Pelus
Gambar 2.
Hulu Sungai Pelus
Sungai
pelus hulu secara administrastif terdapatat di perbatasan antara Desa
Karanglasem dan Desa Kotayasa. Sedangkan sungai pelus hilir secara
administratif terdapat di Desa Sokaraja Lor yang termasuk dalam
wilayah Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, jarak Pemerintah Desa
Sokaraja Lor ke ibukota Kecamatan Sokaraja sekitar 0,7 km, yang
terdapat ditempuh dengan kendaraan bermotor, maupun angkutan umum
dalam waktu kurang lebih 5 menit, sedangkan jarak ke ibukota
Kabupaten sekitar 9 km.
Luas
wilayah Desa Sokaraja Lor adalah 155,535 Ha dengan batas-batas Desa
sebelah utara yaitu Desa Pliken, sebelah selatan yaitu Desa Sokaraja
Kidul, sebelah barat yaitu Desa Kedondong dan Sokaraja Tengah, dan
sebelah timur
yaitu Desa Sokaraja Wetang dan Karang Duren.
Kondisi
perairan sungai pelus berdasarkan parameter fisika dan kimia kualitas
air pada bagian hulu dan hilir suhu perairan yaitu 25oC
dan 27-28oC,
sedangkan kadar oksigen terlarut diperairan yaitu 7,38 ppm dan 7,28
ppm, nilai pH perairan yaitu 7 pada bagian hulu dan hilir, BOD
(Biological oxygen demand) hulu dan hilir 2,7 ppm dan 5,1 ppm dan
nilai CO2
bebas di bagian hulu dan hilir yaitu 1,54 dan 4,4 ppm.
Limbah
detergen mempunyai efek buruk terhadap lingkungan, yaitu sulit
diuraikan oleh mikroorganisme. Sehingga
sisa limbah deterjen yang dihasilkan setiap hari oleh rumah tangga
akan menjadi limbah berbahaya yang mengancam stabilitas lingkungan
hidup. Detergen
memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan
lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan
parasit
dan
menyebabkan kerusakan pada insang. Deterjen dengan konsentrasi
rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan.
Kelembagaan
merupakan suatu organisasi atau lembaga yang mempunyai aturan main
untuk menentukan kebijakan dan ruang gerak organisasi tersebut dalam
mencapai tujuan. Aturan main yang memberikan gerak berjalannya suatu
organisasi
dan atau lembaga tidak lepas dan merujuk pada aturan diatasnya
diantaranya Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Peraturan Daerah, Keputusan Bupati.
Kelembagaan
terkait yang ikut mengelola kondisi perairan Sungai Pelus baik
kelembagaan desa maupun lembaga masyarakat diantaranya yaitu
Pemerintah Desa, BPD, LKMD, PKK, RT, RW, Kelompok tani, Pemuda/Karang
taruna, Linmas, dan Polindes.
Hilir
Sungai Pelus masih ada limbah yang mengalir di sungai tersebut
misalnya limbah batik, limbah domestik, limbah manusia dll. Limbah
domestik berasal dari kegiatan warga sekitar sungai tersebut yang
masih banyak mencuci pakaian di Sungai Pelus dan tidak hanya mencuci
tapi mandipun dilakukan di sungai dan pembuangan hajat yang kita
sebut sebagai limbah manusia yang dapat mencemarkan perairan dan
dapat mempengaruhi biota yang ada didalamnya. Sebagian dari warga
masih ada yang membuang sampah di sungai padahal sudah diberi
himbauan.
Limbah
batik dapat menyebabkan pencemaran lingkugan jika dibuang ke
lingkungan perairan secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu,
sementara lingkungan mempunyai kemampuan terbatas untuk mendegradasi
zat warna tersebut. Lingkungan perairan menjadi berwarna dan
mengubah kualitas air sehingga tidak sesuai untuk konsumsi
makhluk hidup. Limbah cair proses ini merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang cukup tinggi jika tidak dilakukan pengolahan
limbah.
Gambar
3.
Kegiatan
warga
desa yang mencuci batik di Sungai Pelus
Limbah
detergen mempunyai efek buruk terhadap lingkungan, yaitu sulit
diuraikan oleh mikroorganisme. Sehingga
sisa limbah deterjen yang dihasilkan setiap hari oleh rumah tangga
akan menjadi
limbah
berbahaya yang mengancam stabilitas lingkungan hidup. Detergen
memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan
lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan
parasit
dan
menyebabkan kerusakan pada insang. Deterjen dengan konsentrasi
rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan.
Gambar
4.
Kegiatan ibu-ibu rumah tangga yang mencuci pakaian Sungai Pelus
Tersedianya
fasilitas tidak menjamin sebuah masyarak berperilaku sehat. Hal ini
dapat kita lihat dari kepemilikan fasilitas seperti jamban, sumur,
dan kamar mandi yang telah ada di setiap rumah, namun kurang
dimanfaatkan oleh masyarakat tetap saja masyarakat menggunakan sungai
untuk MCK. Akibatnya angka penyakit masyarakat cukup tinggi
Pemanfaatan
Sungai Pelus saat ini sudah sangat berkurang hanya sebagian
masyarakat yang masih memanfaatkannya. Sungai Pelus juga tidak bisa
dijadikan tempat budidaya ikan karena debit air yang kecil dan kadang
dapat berubah-ubah sesuai dengan musim. Ikan yang terdapat di
perairan tersebut juga tidak terlalu banyak dan tergolong ikan yang
berukuran kecil, warga mengambil ikan dengan pancingan hanya untuk
dikonsumsi sendiri tidak untuk di jual.
Kecamatan
yang dilalui oleh Sungai Pelus
berdiri kawasan pemukiman dan perusahaan baru. Konversi lahan
pertanian menjadi pemukiman atau perusahaan di DAS Pelus.
Semuanya itu pada akhirnya menghasilkan limbah cair yang dialirkan ke
Sungai Pelus
melalui drainase buatan maupun drainase alami.
Sungai
Pelus juga banyak dimanfaatkan penduduk utuk keperluan pertanian,
perikanan darat dan MCK (mandi, cuci, kakus) dapat dijumpai didaerah
hulu sampai hilir. Sehingga menjadi sumber penularan penyakit,
contohnya diare dan penyakit kulit seperti kadas, kurap dan
gatal-gatal tetapi di warga sekitar tersebut tidak ada keluhan
gatal-gatal.
Pemanfaatan
juga dapat sebagai mengairi sawah maka perlu kesadaran masyarakan
akan pentingnya air bersih. Menurut warga di sekitar sungai apabila
sungainya banjir dapat mendatangkan rezeki. Apabila banjir warga
dapat memanfaatkan untuk mencari pasir untuk dijual dan biasanya juga
ikannya banyak sehingga banyak warga yang memancing. Memancing dapat
menjadikan sungai sebagai alternatif menambah penghasilan lebih besar
dari mendulang pasir dan batu blenos.
Permasalahan-permasalahan
yang terjadi di sekitar Sungai Pelus sebenarnya sudah di atasi oleh
pemerintah
desa di sekitar Sungai,
seperti
di desa Pamijen
kecamatan Sokaraja. Pemerintah
telah memberikan solusi untuk memperbaiki sanitasi dengan membuat
saptictank komunal tetapi dengan adanya saptictank tersebut justru
menimbulkan
masalah baru yaitu saptictank tersebut mengeluarkan bau yang tidak
sedap. Menurut warga Pamijen, perbaikan telah dilakukan oleh Dinas
Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang (DCKKTR), namun permasalahan
kembali muncul, limbah saptictank komunal disalurkan melalui pipa
yang dialirkan ke Sungai Pelus.
Warga
dibekali dengan pengetahuan mengenai karakteristik sampah, akibat
yang ditimbulkan sampah yang tidak dikelola dengan baik, keuntungan
mengelola sampah, serat cara pemilihan sampah dan penanganan setelah
dipilah. Dengan adanya pembekalan pengetahuan seperti itu, warga akan
semakin mengerti akan pentingnya kesehatan lingkungan, mandiri dan
termotivasi untuk memelihara sarana dengan baik.
Memberi
penyuluhan terhadap masyarakat terhadap pentingnya air bersih dengan
membuat sumur untuk mencari air bersih, membuat kamar mandi, dan
jamban sendiri.
Desa
Sokaraja Lor awalnya memilki masalah pada sampah yang dibuang ke
sungai.Sehingga pemerintah mengadakan penyuluhan untuk mengelolah
sampah menjadi pupuk kompos.Pemerintah menyediakan kotak sampah
sesuai jenisnya.Sampah bahan organik akan diambil sebagai bahan
pembuatan pupuk kompos
Berdasarkan hasil
pratikum yang dilakukan di dapat kesimpulan
- Hilir sungai Pelus sudah mengalami pencemaran walau masih dalam kadar normal.Ini di sebabkan buangan limbah anorganik maupun organik. Dari warga maupun limbah batik. Sungai Pelus bagian hilir telah tercemar, air sudah tidak jernih.Berbatuan kecil.
- Hulu sungai Pelus masih dalam keadaan asri. Ini terlihat banyaknya ikan yang masih ada, tumbuhan dan arus yang deras. Berbatuan besar serta airnya jernih.
Sungai Pelus
dikembalikan fungsinya sebagai perairan umum dan tidak dijadikan
tempat pembungan sampah dan limbah batik maupun rumah tangga.
Abdullah, Sugeng.
2006. Estimasi
Daya
Tampung Beban
Pencemaran Organik
di
Daerah
Aliran Sungai
Pelus Banyumas Jawa Tengah.
http://www.
scribd. com/ doc/12909189/Tesis-Sugeng-Abdullah.
Diakses Tanggal 19 November 2012
Alaerts, G dan
Santika, SS. 1987. Metoda
Penelitian Air. Usaha
Nasiona Surabaya
Zoelkifli, 2011.
Pengaruh
pemberian pakan alami, terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
larva ikan semah.
http://zoel-kifli.
blogspot. com/ 2011/ 05/ pengaruh-pemberian-pakan-alami-terhadap.html
Diakses tanggal 19 November 2012.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar