Minggu, 30 Desember 2012

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


LAPORAN PRATIKUM
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

SUNGAI PELUS,Banyumas,Jawa Tengah




Disusun Oleh:

Permana Galuh Utami H1G010040
Noviana Wulan Sari H1G010041
Dwi Cahyo Wibowo H1G010042
Cyrum Barnike H1G010043
Guruh Tri Arifin H1G010044
Mirna Lestari H1G010045





KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKETO

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata Kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan dengan baik dan lancar. Laporan ini merupakan syarat untuk mengikuti ujian responsi Praktikum Mata Kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan.
Dengan tersusunnya laporan ini tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya, kepada :
  1. Bapak Ir. Arif Mahdiana, Ibu Dra.Nuraina Andriyani., M.Si., Ibu Nuning Vita Hidayati, S.Pi., M.Si, dan Bapak Drs. Mahendro, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan.
  2. Asisten Mata Kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini.
  3. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan praktikum mata kuliah Menejemen Sumberdaya Perairan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, segala saran dan kritik yang membangun dalam kesempurnaan laporan ini sangat diharapkan penyusun. Semoga laporan ini dapat berguna bagi peyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Purwokerto, November 2012

Penyusun

DAFTAR ISI







DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hilir Sungai Pelus………………………………………………………………4
Gambar 2. Hulu Sungai Pelus………………………………………………………………4
Gambar 3. Kegiatan warga desa yang mencuci batik di Sungai Pelus…………………….6
Gambar 4. Kegiatan ibu-ibu rumah tangga yang mencuci pakaian Sungai Pelus……….....7
  1. PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan organisme lainnya, serta untuk memajukkan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Secara biologis air adalah salah satu faktor penting yang sangat diperlukan oleh organisme hidup sebagai penyusun utama tubuh dan berperan dalam semua reaksi kimia dalam tubuh (Alaerts dan Santikan, 1987). Air hujan yang jatuh ke bumi, sebagian menguap kembali menjadi air di udara, sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian lagi mengalir di permukaan. Aliran air di permukaan ini kemudian akan berkumpul mengalir ke tempat yang lebih rendah dan membentuk sungai yang kemudian mengalir ke laut, danau atau sungai yang lain.
Ekosistem perairan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu perairan menggenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan menggenang merupakan perairan terbuka yang di dalamnya terkandung banyak komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi, dalam hal ini sungai maupun kolam dapat berperan sebagai sumber daya hayati yang bermanfaat. Perairan mengalir adalah suatu bentuk perairan tawar yang di dalamnya ada arus yang secara terus menerus mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, diantaranya adalah sungai, saluran irigasi dan got.
Sungai merupakan suatu bentuk perairan tawar yang di dalamnya ada arus secara terus-menerus yang mengalir ke suatu tempat tertentu yang tempatnya lebih rendah (Djakaru, 1974 dalam Zoelkifli, 2011). Sumber air dari sungai adalah dari air tanah dan air permukaan. Sungai lebih berinteraksi dengan daratan jika dibandingkan dengan perairan lentik. Dalam sungai terjadi pencampuran air secara menyeluruh hingga tidak terbentuk stratifikasi dan dalam suatu sungai pasti terjadi erosi dan sedimentasi (Siregar, 2008).
Sungai mendapat semua masukan dari semua buangan yang berasal dari daerah yang ada disekitarnya. Adanya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik dalam bidang pertanian, perikanan, pertambangan dan perindustrian maka akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada parameter kualitas air baik faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. Perubahan-perubahan ini dapat menghabiskan bahan-bahan yang esensial dalam perairan, sehingga dapat mengganggu ekosistem yang terdapat di dalamnya.
    1. Permasalahan
Keberadaan lahan permukiman di Daerah Aliran Sungai mengakibatkan berbagai macam masalah, mulai dari terjadinya banjir, berkurangnya ketersediaan air yang diakibatkan semakin sempitnya lebar sungai hingga terjadinya pencemaran air yang mengakibatkan penurunan kualitas air sungai, dimana sebagian besar air sungai digunakan untuk menopang kehidupan masyarakat sekitar Daerah Aliran Sungai.
Limbah yang terus-menerus meningkat, akan mengakibatkan air semakin tercemar dan akan sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan air bersih karena air yang tercemar akan meresap ke dalam tanah. Air tanah tersebut merupakan sumber dari air sumur di rumah masyarakat, dan apabila masyarakat mengkonsumsi air tersebut akan mengakibatkan penyakit.




    1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan sungai pelus
  2. Untuk mengetahui upaya pengelolaan sungai pelus sebagai upaya pelestarian
  3. Untuk mengetahui dampak dari limbah-limbah yang masuk ke dalam badan perairan sungai pelus
    1. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
  1. Mengetahui permasalahan dan solusi yang dapat dilakukan di Sungai Pelus.
  2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang pencemaran yang biasa terjadi di sungai.
  3. Mengetahui dampak dari pencemaran yang terjadi.



  1. HASIL DAN PEMBAHASAN
    1. Deskripsi Lokasi
      1. Letak dan luas wilayah
Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terdapat di Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Mata air Sungai Pelus berada di lereng selatan Gunung Slamet. Sungai Pelus juga memperoleh pasokan air dari beberapa anak sungai diantaranya dari Sungai Belot, Sungai Lirip, Sungai Pangkon, dan Sungai Bener. Selanjutnya air sungai mengalir melintasi beberapa beberapa desa di kecamatan Baturaden, Sumbang, Kembaran, Purwokerto melalui daerah yang memiliki karakteristik yang beragam. Sungai Pelus mengalir ke Sungai Klawing dan selanjutnya bermuara di Sungai Serayu (Sugeng, 2006).
Sungai Pelus mengalir dari lereng Gunung Slamet sampai hulunya di Kabupaten Banyumas, dan bersatu dengan Sungai Serayu yang membawanya sampai ke pantai Cilacap atau ke laut selatan, Sungai Pelus sangat vital bagi penduduk pedesaan yang ada di laluinya, antara lain Desa Pandak, Kedung Malang, Grendeng, Karang Wangkal, Arcawinangun, Dukuh Waluh, Mersi, Sokaraja dan masih banyak yang lainnya.
Gambar 1. Hilir Sungai Pelus Gambar 2. Hulu Sungai Pelus

Sungai pelus hulu secara administrastif terdapatat di perbatasan antara Desa Karanglasem dan Desa Kotayasa. Sedangkan sungai pelus hilir secara administratif terdapat di Desa Sokaraja Lor yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, jarak Pemerintah Desa Sokaraja Lor ke ibukota Kecamatan Sokaraja sekitar 0,7 km, yang terdapat ditempuh dengan kendaraan bermotor, maupun angkutan umum dalam waktu kurang lebih 5 menit, sedangkan jarak ke ibukota Kabupaten sekitar 9 km.
Luas wilayah Desa Sokaraja Lor adalah 155,535 Ha dengan batas-batas Desa sebelah utara yaitu Desa Pliken, sebelah selatan yaitu Desa Sokaraja Kidul, sebelah barat yaitu Desa Kedondong dan Sokaraja Tengah, dan sebelah timur yaitu Desa Sokaraja Wetang dan Karang Duren.

      1. Kondisi Perairan
Kondisi perairan sungai pelus berdasarkan parameter fisika dan kimia kualitas air pada bagian hulu dan hilir suhu perairan yaitu 25oC dan 27-28oC, sedangkan kadar oksigen terlarut diperairan yaitu 7,38 ppm dan 7,28 ppm, nilai pH perairan yaitu 7 pada bagian hulu dan hilir, BOD (Biological oxygen demand) hulu dan hilir 2,7 ppm dan 5,1 ppm dan nilai CO2 bebas di bagian hulu dan hilir yaitu 1,54 dan 4,4 ppm. Limbah detergen mempunyai efek buruk terhadap lingkungan, yaitu sulit diuraikan oleh mikroorganisme.  Sehingga sisa limbah deterjen yang dihasilkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya yang mengancam stabilitas lingkungan hidup. Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit dan menyebabkan kerusakan pada insang. Deterjen dengan konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. 



      1. Kelembagaan
Kelembagaan merupakan suatu organisasi atau lembaga yang mempunyai aturan main untuk menentukan kebijakan dan ruang gerak organisasi tersebut dalam mencapai tujuan. Aturan main yang memberikan gerak berjalannya suatu organisasi dan atau lembaga tidak lepas dan merujuk pada aturan diatasnya diantaranya Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah, Keputusan Bupati.
Kelembagaan terkait yang ikut mengelola kondisi perairan Sungai Pelus baik kelembagaan desa maupun lembaga masyarakat diantaranya yaitu Pemerintah Desa, BPD, LKMD, PKK, RT, RW, Kelompok tani, Pemuda/Karang taruna, Linmas, dan Polindes.

    1. Isu dan Permasalahan pokok
Hilir Sungai Pelus masih ada limbah yang mengalir di sungai tersebut misalnya limbah batik, limbah domestik, limbah manusia dll. Limbah domestik berasal dari kegiatan warga sekitar sungai tersebut yang masih banyak mencuci pakaian di Sungai Pelus dan tidak hanya mencuci tapi mandipun dilakukan di sungai dan pembuangan hajat yang kita sebut sebagai limbah manusia yang dapat mencemarkan perairan dan dapat mempengaruhi biota yang ada didalamnya. Sebagian dari warga masih ada yang membuang sampah di sungai padahal sudah diberi himbauan.
Limbah batik dapat menyebabkan pencemaran lingkugan jika dibuang ke lingkungan perairan secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu, sementara lingkungan mempunyai kemampuan terbatas untuk mendegradasi zat warna tersebut. Lingkungan perairan menjadi berwarna dan mengubah kualitas air sehingga tidak sesuai untuk konsumsi makhluk hidup. Limbah cair proses ini merupakan salah satu sumber pencemaran air yang cukup tinggi jika tidak dilakukan pengolahan limbah.







Gambar 3. Kegiatan warga desa yang mencuci batik di Sungai Pelus
Limbah detergen mempunyai efek buruk terhadap lingkungan, yaitu sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Sehingga sisa limbah deterjen yang dihasilkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya yang mengancam stabilitas lingkungan hidup. Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit dan menyebabkan kerusakan pada insang. Deterjen dengan konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. 







Gambar 4. Kegiatan ibu-ibu rumah tangga yang mencuci pakaian Sungai Pelus
Tersedianya fasilitas tidak menjamin sebuah masyarak berperilaku sehat. Hal ini dapat kita lihat dari kepemilikan fasilitas seperti jamban, sumur, dan kamar mandi yang telah ada di setiap rumah, namun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat tetap saja masyarakat menggunakan sungai untuk MCK. Akibatnya angka penyakit masyarakat cukup tinggi
Pemanfaatan Sungai Pelus saat ini sudah sangat berkurang hanya sebagian masyarakat yang masih memanfaatkannya. Sungai Pelus juga tidak bisa dijadikan tempat budidaya ikan karena debit air yang kecil dan kadang dapat berubah-ubah sesuai dengan musim. Ikan yang terdapat di perairan tersebut juga tidak terlalu banyak dan tergolong ikan yang berukuran kecil, warga mengambil ikan dengan pancingan hanya untuk dikonsumsi sendiri tidak untuk di jual.

    1. Potensi Lokasi
Kecamatan yang dilalui oleh Sungai Pelus berdiri kawasan pemukiman dan perusahaan baru. Konversi lahan pertanian menjadi pemukiman atau perusahaan di DAS Pelus. Semuanya itu pada akhirnya menghasilkan limbah cair yang dialirkan ke Sungai Pelus melalui drainase buatan maupun drainase alami.
Sungai Pelus juga banyak dimanfaatkan penduduk utuk keperluan pertanian, perikanan darat dan MCK (mandi, cuci, kakus) dapat dijumpai didaerah hulu sampai hilir. Sehingga menjadi sumber penularan penyakit, contohnya diare dan penyakit kulit seperti kadas, kurap dan gatal-gatal tetapi di warga sekitar tersebut tidak ada keluhan gatal-gatal.
Pemanfaatan juga dapat sebagai mengairi sawah maka perlu kesadaran masyarakan akan pentingnya air bersih. Menurut warga di sekitar sungai apabila sungainya banjir dapat mendatangkan rezeki. Apabila banjir warga dapat memanfaatkan untuk mencari pasir untuk dijual dan biasanya juga ikannya banyak sehingga banyak warga yang memancing. Memancing dapat menjadikan sungai sebagai alternatif menambah penghasilan lebih besar dari mendulang pasir dan batu blenos.

    1. Pembahasan
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitar Sungai Pelus sebenarnya sudah di atasi oleh pemerintah desa di sekitar Sungai, seperti di desa Pamijen kecamatan Sokaraja. Pemerintah telah memberikan solusi untuk memperbaiki sanitasi dengan membuat saptictank komunal tetapi dengan adanya saptictank tersebut justru menimbulkan masalah baru yaitu saptictank tersebut mengeluarkan bau yang tidak sedap. Menurut warga Pamijen, perbaikan telah dilakukan oleh Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang (DCKKTR), namun permasalahan kembali muncul, limbah saptictank komunal disalurkan melalui pipa yang dialirkan ke Sungai Pelus.
Warga dibekali dengan pengetahuan mengenai karakteristik sampah, akibat yang ditimbulkan sampah yang tidak dikelola dengan baik, keuntungan mengelola sampah, serat cara pemilihan sampah dan penanganan setelah dipilah. Dengan adanya pembekalan pengetahuan seperti itu, warga akan semakin mengerti akan pentingnya kesehatan lingkungan, mandiri dan termotivasi untuk memelihara sarana dengan baik. Memberi penyuluhan terhadap masyarakat terhadap pentingnya air bersih dengan membuat sumur untuk mencari air bersih, membuat kamar mandi, dan jamban sendiri.
Desa Sokaraja Lor awalnya memilki masalah pada sampah yang dibuang ke sungai.Sehingga pemerintah mengadakan penyuluhan untuk mengelolah sampah menjadi pupuk kompos.Pemerintah menyediakan kotak sampah sesuai jenisnya.Sampah bahan organik akan diambil sebagai bahan pembuatan pupuk kompos


  1. KESIMPULAN DAN SARAN
    1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum yang dilakukan di dapat kesimpulan
  1. Hilir sungai Pelus sudah mengalami pencemaran walau masih dalam kadar normal.Ini di sebabkan buangan limbah anorganik maupun organik. Dari warga maupun limbah batik. Sungai Pelus bagian hilir telah tercemar, air sudah tidak jernih.Berbatuan kecil.
  2. Hulu sungai Pelus masih dalam keadaan asri. Ini terlihat banyaknya ikan yang masih ada, tumbuhan dan arus yang deras. Berbatuan besar serta airnya jernih.
    1. Saran
Sungai Pelus dikembalikan fungsinya sebagai perairan umum dan tidak dijadikan tempat pembungan sampah dan limbah batik maupun rumah tangga.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sugeng. 2006. Estimasi Daya Tampung  Beban Pencemaran Organik di Daerah Aliran Sungai Pelus Banyumas Jawa Tengah. http://www. scribd. com/ doc/12909189/Tesis-Sugeng-Abdullah. Diakses Tanggal 19 November 2012
Alaerts, G dan Santika, SS. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasiona Surabaya
Zoelkifli, 2011. Pengaruh pemberian pakan alami, terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan semah. http://zoel-kifli. blogspot. com/ 2011/ 05/ pengaruh-pemberian-pakan-alami-terhadap.html Diakses tanggal 19 November 2012.
.








Rabu, 12 Desember 2012

Shrimp Pond Effluent Quality during Harvesting and Pollutant Loading Estimation using Simpson’s Rule




Shrimp Pond Effluent Quality during Harvesting and Pollutant Loading Estimation using Simpson’s Rule
Akuakultur adalah industri yang menguntungkan di seluruh dunia terlebih di daerah tropis. Malaysia memiliki wilayah pesisir yang luas untuk budidaya udang. Namun, sedikit yang diketahui tentang sejauh mana dampak dari industri ini dari segi kualitas dan kuantitas polutan yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas udang kolam limbah dan kemudian memperkirakan beban polutan.
Pendahuluan
Ekosistem pesisir sangat berharga karena banyak kegunaan seperti perikanan, budidaya, pertanian dan pemukiman manusia (Costanza et al 1987;. Primavera 2006). Tambak udang adalah industri yang menguntungkan di seluruh dunia, terlebih di daerah tropis. Budidaya udang membutuhkan air payau, tambak biasanya dibangun di kawasan mangrove. Namun, berbagai dampak negatif telah dilaporkan di negara-negara yang memproduksi udang seperti Taiwan dan Meksiko (Lin 1989;. Paez-Osuna et al 1999). Untuk industri tambak udang berkelanjutan, upaya harus dilakukan untuk mengukur polusi dan mengelola limbah. Limbah tambak udang selama panen menunjukkan bahwa limbah tinggi dalam nitrogen anorganik terlarut, fosfor larut reaktif, padat dan klorofil (Ling et al 2010a.).
Bahan dan Metode
Ø  Pengambilan sampel limbah (10 cm dari permukaan) di outlet tambak udang.
Ø  Udang diberi makan tujuh kali setiap hari dan hari ketujuh setelah itu mereka diberi makan empat kali sehari dan periode kultur selama 116 hari.
Ø  Pengambilan sampel air dilakukan dalam dua bagian yang berbeda, babak pertama pukul 18.00 sampai pukul 23.00 dan babak kedua keesokan harinya pukul 06.00 sampai pukul 11.00.
Ø  Pengambilan sampel dilakukan pada kedalaman 10 cm dari permukaan di daerah outlet tambak.
Ø  Sampel air ditempatkan di 2-L botol polietilen dan disimpan dalam lemari es untuk transportasi ke laboratorium untuk analisis.
Ø  Dalam parameter in situ seperti suhu dan oksigen terlarut (DO) diukur dengan menggunakan data hidro 4a Sonde Surveyor dengan Multiprobe Kualitas Air (SN39301). pH dan salinitas diukur dengan menggunakan pH meter (CyberScan 20) dan refraktometer (Atago S-10) masing-masing.
Ø  Sampel air dianalisis untuk total padatan tersuspensi (TSS), 5-hari kebutuhan oksigen biokimia (BOD5), kebutuhan oksigen kimia (COD), total nitrogen (TN) dan fosfor total (TP). TSS dan BOD5 analisis diikuti bahwa metode standar (APHA 1998).
Ø  Untuk parameter lainnya, sampel air yang disaring melalui filter 0,45 pM ukuran pori membran sebelum analisis menggunakan prosedur Hach dimana konsentrasi ditentukan colorimetrically menggunakan spektrofotometer Hach DR2010 (Hach 2000). COD ditentukan dengan menggunakan metode pencernaan reaktor.
Ø  Konsentrasi TN dianalisis menggunakan metode pencernaan persulfat (Hach 2000). TP analisis mengikuti metode asam persulfat pencernaan dan konsentrasi ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer (DR 2010).
Hasil dan Pembahasan
Pembuangan air outlet masuk kembali ke tambak sekiranya bisa mengakibatkan ikan lemas bahkan mati karena padatan tersuspensi yang tinggi, kekurangan oksigen bias terjadi bila pengadukan “turbulensi” baik buatan atau alami tiba-tiba menurun maka  air tambak beroksigen rendah  karena nutrisi yang terlalu tinggi  seperti nitrogen dan fosfor. Salah satu perawatan yang bisa menjadi retensi di tambak yaitu sedimentasi (Nyanti et al 2010;. 2011).
Kesimpulan
Kebutuhan pengolahan limbah dilakukan untuk melindungi air permukaan dari eutrofikasi dan kematian ikan dan untuk menjamin keberlanjutan industri tambak.

Analitis Studi Air Waduk Bembala Untuk Kapasitas Perikanan, Sifat Dapat Diminum Dan Berguna Untuk Keperluan Pertanian



Analitis Studi Air Waduk Bembala Untuk Kapasitas Perikanan, Sifat Dapat Diminum Dan Berguna Untuk Keperluan Pertanian
Pengantar
Air diperlukan untuk produksi dalam negeri, industri, pertanian dan perikanan untuk tujuan analitis air sangat penting karena air murni dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri, pertanian dan perikanan.
Materi & Metoda
Ø  Determinasi sampel air
Ø  Penentuan konduktivitas sampel air
Ø  Penentuan TDS sampel air
Ø  Penentuan kekerasan sampel air
Ø  Penentuan oksigen terlarut
Ø  Karakteristik fisik sampel air
Hasil
Dari hasil analisis air Bembala Damp menunjukan bahwa air berguna untuk keperluan rumah tangga, perikanan dan pertanian, dan tidak cocok untuk keperluan industri secara langsung.
Diskusi
Hasil dari analitis dan parameter air seperti pH, konduktivitas, TDS, BOD dan parameter fisik lainnya, pH air di atas tujuh di semua musim, BOD di atas 22 dan TDS di atas 120 ini berarti bahwa air lingkungan cocok untuk perikanan. Kesadahan air di atas 140 ppm ini menunjukkan garam terlarut lebih merupakan sampel yang berguna untuk tanaman pertanian. Tapi air tersebut tidak cocok untuk keperluan industri secara langsung. Sebagian besar kematian ikan itu, perubahan berat dan laju pertumbuhan lebih pada pH 6,5 sampai 7.5.

Shrimp Pond Effluent Quality during Harvesting and Pollutant Loading Estimation using Simpson’s Rule
Akuakultur adalah industri yang menguntungkan di seluruh dunia terlebih di daerah tropis. Malaysia memiliki wilayah pesisir yang luas untuk budidaya udang. Namun, sedikit yang diketahui tentang sejauh mana dampak dari industri ini dari segi kualitas dan kuantitas polutan yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas udang kolam limbah dan kemudian memperkirakan beban polutan.
Pendahuluan
Ekosistem pesisir sangat berharga karena banyak kegunaan seperti perikanan, budidaya, pertanian dan pemukiman manusia (Costanza et al 1987;. Primavera 2006). Tambak udang adalah industri yang menguntungkan di seluruh dunia, terlebih di daerah tropis. Budidaya udang membutuhkan air payau, tambak biasanya dibangun di kawasan mangrove. Namun, berbagai dampak negatif telah dilaporkan di negara-negara yang memproduksi udang seperti Taiwan dan Meksiko (Lin 1989;. Paez-Osuna et al 1999). Untuk industri tambak udang berkelanjutan, upaya harus dilakukan untuk mengukur polusi dan mengelola limbah. Limbah tambak udang selama panen menunjukkan bahwa limbah tinggi dalam nitrogen anorganik terlarut, fosfor larut reaktif, padat dan klorofil (Ling et al 2010a.).
Bahan dan Metode
Ø  Pengambilan sampel limbah (10 cm dari permukaan) di outlet tambak udang.
Ø  Udang diberi makan tujuh kali setiap hari dan hari ketujuh setelah itu mereka diberi makan empat kali sehari dan periode kultur selama 116 hari.
Ø  Pengambilan sampel air dilakukan dalam dua bagian yang berbeda, babak pertama pukul 18.00 sampai pukul 23.00 dan babak kedua keesokan harinya pukul 06.00 sampai pukul 11.00.
Ø  Pengambilan sampel dilakukan pada kedalaman 10 cm dari permukaan di daerah outlet tambak.
Ø  Sampel air ditempatkan di 2-L botol polietilen dan disimpan dalam lemari es untuk transportasi ke laboratorium untuk analisis.
Ø  Dalam parameter in situ seperti suhu dan oksigen terlarut (DO) diukur dengan menggunakan data hidro 4a Sonde Surveyor dengan Multiprobe Kualitas Air (SN39301). pH dan salinitas diukur dengan menggunakan pH meter (CyberScan 20) dan refraktometer (Atago S-10) masing-masing.
Ø  Sampel air dianalisis untuk total padatan tersuspensi (TSS), 5-hari kebutuhan oksigen biokimia (BOD5), kebutuhan oksigen kimia (COD), total nitrogen (TN) dan fosfor total (TP). TSS dan BOD5 analisis diikuti bahwa metode standar (APHA 1998).
Ø  Untuk parameter lainnya, sampel air yang disaring melalui filter 0,45 pM ukuran pori membran sebelum analisis menggunakan prosedur Hach dimana konsentrasi ditentukan colorimetrically menggunakan spektrofotometer Hach DR2010 (Hach 2000). COD ditentukan dengan menggunakan metode pencernaan reaktor.
Ø  Konsentrasi TN dianalisis menggunakan metode pencernaan persulfat (Hach 2000). TP analisis mengikuti metode asam persulfat pencernaan dan konsentrasi ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer (DR 2010).
Hasil dan Pembahasan
Pembuangan air outlet masuk kembali ke tambak sekiranya bisa mengakibatkan ikan lemas bahkan mati karena padatan tersuspensi yang tinggi, kekurangan oksigen bias terjadi bila pengadukan “turbulensi” baik buatan atau alami tiba-tiba menurun maka  air tambak beroksigen rendah  karena nutrisi yang terlalu tinggi  seperti nitrogen dan fosfor. Salah satu perawatan yang bisa menjadi retensi di tambak yaitu sedimentasi (Nyanti et al 2010;. 2011).
Kesimpulan
Kebutuhan pengolahan limbah dilakukan untuk melindungi air permukaan dari eutrofikasi dan kematian ikan dan untuk menjamin keberlanjutan industri tambak.